Nostalgia Di Warung Kopi Kisah Pertemuan Kawan Lama

Probolinggo, Radarpatroli
Ada momen-momen yang tak pernah direncanakan, tapi justru terasa paling berkesan. Seperti hari itu, ketika tanpa sengaja aku berjumpa dengan seorang kawan lama di tempat yang sederhana sebuah warung kopi pinggir jalan. Tempat yang mungkin tak mewah, namun menyimpan kehangatan tersendiri.
Kami dulu sering nongkrong di warung kopi seperti ini, hanya saja bedanya, dulu hidup terasa begitu berat. Waktu itu, baik aku maupun dia, sama-sama masih berjuang, mengais kesempatan, mencari pekerjaan, mengadu nasib. Duduk bersebelahan sambil memegang gelas kopi, kami bercerita tentang masa lalu dengan tawa renyah yang menghiasi pertemuan kali ini.
“Masih ingat nggak, dulu kita sering banget ketemuan di sini, cuma buat ngobrolin nasib,” ujarku sambil menatap wajahnya yang sudah sedikit berubah, tapi tak hilang senyum khasnya. Dulu, obrolan kami dipenuhi dengan keluhan, impian, bahkan kadang ketidakpastian. Hari-hari di mana kita sering bertanya-tanya, “Kapan ya dapat kerjaan?” atau “Hidup bakal jadi gimana, ya?”
Dia hanya tertawa kecil, menyeruput kopi hitam di tangannya, dan menatap jauh, seakan-akan melihat kembali masa lalu yang penuh lika-liku.
“Iya, bro. Dulu rasanya hidup nggak jelas banget ya. Kita ngopi bukan karena mau, tapi karena cuma itu yang bisa kita bayar,” candanya, mengundang gelak tawa dari kami berdua. Tapi tawa itu bukan hanya canda. Itu tawa yang penuh syukur, karena sekarang kami sudah berjalan jauh dari masa-masa itu.
Kini, keadaan jauh berbeda. Kami berdua sudah punya pekerjaan masing-masing. Dia sibuk dengan bisnisnya, sementara aku bekerja di sebuah perusahaan yang cukup stabil. Meski jalur hidup kami tak selalu mulus, namun akhirnya, kami sampai juga pada titik ini titik di mana kami bisa sedikit bernapas lega, menjalani hidup tanpa tekanan sebesar dulu.
“Sekarang udah enak ya. Nggak perlu lagi khawatir soal bayar kopi,” kataku sambil tersenyum. Dia mengangguk setuju. Namun, di balik senyum itu, kami tahu betul bahwa jalan yang kami lalui bukan jalan yang mudah. Setiap kesuksesan kecil yang kami raih, adalah hasil dari keringat, air mata, dan tekad yang tak pernah padam.
Di tengah hiruk-pikuk warung kopi, di antara deretan meja kayu dan suara motor yang berlalu-lalang, kami berbincang seakan dunia hanya milik kami berdua. Tak ada batasan waktu, tak ada beban, hanya cerita-cerita yang saling mengalir. Sesederhana itu, namun begitu berharga.
Pertemuan ini mengingatkan kami betapa pentingnya perjalanan yang telah dilalui. Bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, membawa kami ke titik yang lebih baik. Dan yang paling penting, kami tak pernah lupa dari mana kami memulai.
“Siapa yang sangka, ya. Dulu kita di sini ngopi buat ngusir suntuk, sekarang kita ngopi buat ngerayain hidup,” dia berkata dengan nada penuh kehangatan.
Aku hanya mengangguk, tersenyum, dan menyadari bahwa hidup memang penuh kejutan. Kadang, di tempat yang sederhana, di antara secangkir kopi dan obrolan ringan, kita bisa menemukan makna yang dalam tentang perjalanan hidup.
Dan hari itu, tanpa rencana, tanpa persiapan, kami kembali mengingat betapa berharganya persahabatan yang terjalin di tengah perjuangan.
Reporter : Sayful
Editor : Yuris