Harmoni Museum Menyatukan Budaya Di Kota Probolinggo

0
Harmoni Museum Menyatukan Budaya Di Kota Probolinggo
Bagikan

Probolinggo, Radarpatroli 

Sabtu malam (10/5) lalu, suasana halaman Museum Probolinggo di Jalan Suroyo berubah menjadi panggung budaya yang memikat. Perhelatan perdana Harmoni Museum sukses digelar sebagai bagian dari rangkaian 100 Event Probolinggo, sebuah program unggulan yang digagas oleh Wali Kota dr. Aminuddin dan Wakil Wali Kota Ina Dwi Lestari dalam 100 hari pertama kepemimpinan mereka.

Dalam sambutannya, Wali Kota Amin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam membangun harmoni kota. Filosofi “harmoni” ini tercermin dalam acara tersebut yang diibaratkan sebagai orkestra yang teratur setiap bagian memainkan perannya untuk menciptakan hasil yang indah.

“Harmoni adalah ketika setiap bagian mengambil peran dan bersama-sama menciptakan hasil, layaknya sebuah orkestra yang teratur,” ujar dr. Aminuddin.

Menurutnya, acara ini bukan hanya sekedar perayaan budaya, tapi juga sebagai ruang pembelajaran sejarah yang tak ternilai. “Museum ini merekam jejak perkembangan budaya Kota Probolinggo. Dengan memahami sejarah, kita tidak hanya belajar untuk hari ini, tapi juga menanamkan nilai bagi generasi mendatang,” tambahnya.

Momen bersejarah pembukaan Harmoni Museum ditandai dengan pemukulan gong secara simbolis oleh Wali Kota Amin, Wakil Wali Kota Ina Dwi Lestari, jajaran Forkopimda, Sekda, serta kepala perangkat daerah. Ini menandakan dimulainya gelaran budaya yang menyatukan masyarakat dan melibatkan berbagai pihak untuk merayakan kekayaan budaya kota.

“Ini baru awal. Saya berharap denyut seni dan budaya di Kota Probolinggo semakin hidup dan menjadi magnet wisata yang membanggakan,” harap dr. Aminuddin.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Siti Romlah, juga menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat membumikan museum di tengah masyarakat, terutama generasi muda. “Kami ingin masyarakat, terutama generasi muda, akrab dengan museum. Hari ini, pengunjung dapat melihat langsung koleksi istimewa seperti batik era kolonial Belanda dan sepeda uap pertama di kota ini,” jelasnya.

Di sisi lain, acara ini juga menjadi momen peluncuran Gaspro Cetar Perkasa, sebuah aplikasi berbasis web yang berfungsi sebagai sistem pengaduan dan penanganan kekerasan serta perundungan di lingkungan pendidikan. Aplikasi ini diharapkan dapat mempercepat deteksi dini dan pemetaan wilayah rawan kekerasan, sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah kota terhadap perlindungan anak dan siswa.

Sementara itu, Harmoni Museum juga menyuguhkan berbagai pertunjukan seni yang menggugah. Tarian pembuka Katamoyan Pangraje dan Jaran Bodag sukses memikat pengunjung yang hadir. Selain itu, Tari Pitik Walik yang dibawakan oleh anak-anak TK dengan kostum ayam kuning dan jengger merah dari Sanggar Seni Putra Rahayu turut menyedot perhatian.

Tari-tarian ini mengiringi penampilan Nyawiji yang membawakan lagu “Sekar Bayuangga”, liriknya menggambarkan keelokan Kota Probolinggo dengan alunan musik etnik khas daerah. Kemeriahan acara semakin terasa dengan adanya penampilan dug-dug dari Lare Kebonsari (LAKE’), Tari Mei Hao Xi Nian dari komunitas Tionghoa, serta Tari Nyareh Jukok dan Tari Gemilang Nusantara. Penutupan malam budaya ini dilakukan oleh Cokro Budoyo yang menampilkan pertunjukan dug-dug yang meriah.

Secara keseluruhan, Harmoni Museum bukan hanya sekadar acara budaya biasa, melainkan sebuah langkah nyata dalam merayakan keberagaman dan memperkenalkan lebih dekat sejarah serta budaya lokal kepada masyarakat Probolinggo. Dengan semangat harmoni yang diusung, acara ini diharapkan menjadi titik awal dari kebangkitan seni dan budaya di kota ini, serta memperkuat identitas Probolinggo sebagai kota yang kaya akan nilai sejarah dan budaya.

Reporter : Sayful

Narasumber : Kominfo Kota 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kalau Wartawan Jangan Copas Lahhhh!!!