Desa Pohsangit Tengah Menjadi Desa Penggerak Desa Literasi Membaca

Probolinggo, Radarpatroli
Suasana penuh semangat dan keceriaan terlihat di Desa Pohsangit Tengah, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Selasa (30/9/2025). Hari itu menjadi momen bersejarah bagi masyarakat desa, dalam Penilaian Desa Pohsangit Tengah sebagai Desa Literasi, sebuah predikat yang diharapkan mampu mengangkat budaya membaca serta meningkatkan kualitas pendidikan warga desa dari usia anak-anak hingga orang dewasa.

Acara pembukaan berlangsung meriah. Panggung sederhana yang berdiri di tengah desa menjadi saksi penampilan seni Tanduk Majeng, tarian khas daerah yang sarat makna kegigihan dan kerja sama. Tepuk tangan meriah dari para tamu undangan dan masyarakat mengiringi setiap gerakan penari, menambah suasana semakin hangat.
Tak berhenti di sana, kegiatan dilanjutkan dengan sesi mendongeng yang mengangkat tema pentingnya membaca buku. Melalui dongeng yang dikisahkan dengan penuh ekspresi, anak-anak diajak untuk lebih dekat dengan buku dan menjadikannya sahabat sehari-hari. Suasana menjadi cair ketika para pendongeng melibatkan anak-anak dalam cerita, mengajukan pertanyaan, hingga memberi hadiah kecil kepada mereka yang berani menjawab. Tawa dan sorak gembira pun pecah, membuat acara terasa lebih hidup.

Acara peresmian ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Plt Camat Wonomerto, Rasyidhi, S.Sos., MM., Ketua TP PKK Kecamatan Wonomerto. Luluk Rasyidhi, Perwakilan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Probolinggo, Hesthiyono, Kepala Pokja 2 Kabupaten Probolinggo, Ninuk, serta Kepala Desa Pohsangit Tengah, Sunarto, yang didampingi Ketua TP PKK Desa, Fatima.
Selain itu, kegiatan juga melibatkan tiga sekolah dari wilayah setempat sebagai bagian dari gerakan literasi yang menyasar dunia pendidikan sejak dini. Anak-anak sekolah dengan antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan, mulai dari mendongeng, membaca bersama, hingga permainan interaktif.

Sebagai bentuk apresiasi atas dukungan sekolah-sekolah dalam menghidupkan budaya literasi, panitia memberikan penghargaan dan hadiah khusus. Tidak hanya itu, acara juga diwarnai dengan pemberian santunan kepada kaum dhuafa, sebuah langkah yang menunjukkan bahwa gerakan literasi di Desa Pohsangit Tengah tidak hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual, tetapi juga kepedulian sosial.
Ketua Rumah Baca Cahaya Probolinggo, Noor Lia Khan, yang menjadi salah satu motor penggerak kegiatan ini, menjelaskan bahwa peresmian Desa Literasi ini sekaligus bagian dari agenda lomba perpustakaan desa tingkat Kabupaten Probolinggo yang kini sudah memasuki tahap enam besar nominasi.
“Hari ini agendanya tidak hanya peresmian, tapi juga kunjungan tim penilai lomba perpustakaan desa. Kami menghadirkan presentasi mendongeng, membaca buku, hingga permainan bersama anak-anak. Tujuannya agar literasi terasa menyenangkan, dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan membangkitkan minat anak-anak untuk terus membaca,” ungkap Noor Lia Khan.
Kepala Desa Pohsangit Tengah, Sunarto, dalam sambutannya menyampaikan komitmen penuh untuk menjadikan desanya sebagai pelopor literasi di Kecamatan Wonomerto. Ia menegaskan bahwa gerakan literasi adalah fondasi penting untuk membentuk generasi yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing tinggi.
“Desa Literasi bukan hanya predikat, tetapi sebuah tanggung jawab. Kami ingin anak-anak tumbuh dengan budaya membaca, ibu-ibu terbiasa membimbing anak melalui literasi, dan masyarakat desa menjadikan buku sebagai jendela pengetahuan. Dengan dukungan TP PKK, sekolah, serta komunitas, insyaAllah gerakan ini akan terus berlanjut,” tegas Sunarto.
Plt Camat Wonomerto, Rasyidhi, S.Sos., MM., menyambut baik langkah Desa Pohsangit Tengah. Menurutnya, pencapaian ini adalah kebanggaan sekaligus tanggung jawab untuk mendorong desa-desa lain di Kecamatan Wonomerto agar memiliki gerakan serupa.
“Alhamdulillah, Wonomerto bisa masuk enam besar lomba perpustakaan desa. Ini bukti semangat masyarakat untuk menghidupkan literasi. Ke depan, kami berencana mengembangkan perpustakaan desa di seluruh dusun, agar setiap warga mudah mengakses buku dan ilmu pengetahuan. InsyaAllah, budaya membaca ini akan kita terapkan di semua desa di Wonomerto,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa metode mendongeng yang digunakan Rumah Baca Cahaya terbukti efektif untuk memancing minat baca anak-anak. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya mendengar cerita, tetapi juga terdorong membuka buku untuk menemukan kisah yang lebih lengkap.

Hesthiyono, perwakilan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Probolinggo, menjelaskan bahwa kegiatan ini juga bagian dari program tahunan dinas untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat. Menurutnya, Kabupaten Probolinggo sudah memiliki indeks literasi cukup baik, yakni 77, namun targetnya bisa naik hingga 90.
“Melalui lomba perpustakaan desa ini, kami ingin gerakan literasi lebih merata. Dari 325 desa dan 50 kelurahan, baru 12 desa yang perpustakaannya terakreditasi. Harapannya, tahun depan jumlah ini bertambah melalui dukungan Perpustakaan Nasional. Kami ingin literasi menjadi budaya bersama, bukan hanya kegiatan seremonial,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi lintas elemen, mulai dari PKK, Posyandu, organisasi keagamaan, hingga komunitas literasi, agar perpustakaan desa bisa dikelola sesuai standar nasional. Dengan demikian, perpustakaan desa tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga benar-benar berfungsi sebagai pusat belajar masyarakat.
Penilaian Desa Pohsangit Tengah sebagai Desa Literasi bukan hanya pencapaian simbolis, tetapi juga menjadi tonggak gerakan bersama untuk mencerdaskan generasi masa depan. Melalui kolaborasi pemerintah, masyarakat, sekolah, komunitas, dan organisasi lokal, literasi diharapkan dapat tumbuh menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semangat ini, Desa Pohsangit Tengah diharapkan bisa menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di Kabupaten Probolinggo, bahkan di tingkat provinsi, bahwa literasi adalah kunci untuk mencetak generasi emas yang cerdas, kritis, dan berdaya saing tinggi di era modern.
Penulis : Sayful
Editor : Yuris