Meriahnya Karnaval Desa Boto dalam Rangka HUT Ke-80 RI dan Hari Jadi Desa Boto Ke-362

Probolinggo, Radarpatroli
Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, menjadi lautan manusia pada Sabtu (11/10), ketika warga dari berbagai penjuru berkumpul untuk menyaksikan karnaval akbar dalam rangka memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia sekaligus Hari Jadi Desa Boto yang ke-362. Kegiatan ini menjadi bukti nyata semangat gotong royong dan cinta tanah air yang masih hidup kuat di tengah masyarakat pedesaan.

Acara yang digelar setiap tahun ini menjadi sangat istimewa karena sebelumnya sempat tertunda akibat adanya musibah nasional yang menyebabkan sejumlah kegiatan di daerah harus dihentikan sementara. Namun, penundaan tersebut justru semakin membakar antusiasme masyarakat. Begitu hari pelaksanaan tiba, seluruh warga berbondong-bondong datang untuk menyaksikan jalannya karnaval dengan penuh suka cita.
PJ Kepala Desa Boto, Matraji, S.Sos, Bersama Sang Istrinya Tercinta tampil penuh semangat saat membuka kegiatan. Dengan mengenakan pakaian adat Bali lengkap dengan udeng dan keris khas, ia mengibaratkan semangat perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan. Dalam momentum tersebut, Matraji melakukan prosesi simbolik menghunus keris, menandakan semangat juang dan keberanian masyarakat Desa Boto dalam menjaga persatuan dan kebudayaan.

Karnaval kali ini diikuti oleh 17 peserta dari berbagai dusun di Desa Boto, yang masing-masing menampilkan kreativitas luar biasa dalam bentuk arak-arakan, tarian, drama kolosal, hingga pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa peserta bahkan menampilkan atraksi budaya khas yang menggambarkan kekayaan tradisi Nusantara.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Camat Lumbang yang baru, Budi Utomo, S.Sos., MM, yang baru saja menjabat dan langsung turun ke lapangan untuk menyapa masyarakat Desa Boto. Dalam sambutannya, Camat Budi Utomo mengapresiasi semangat kebersamaan warga Boto yang luar biasa.

“Saya sangat bangga dengan semangat masyarakat Desa Boto. Kegiatan seperti ini bukan hanya memperingati hari besar, tetapi juga memperkuat rasa cinta tanah air, mempererat persaudaraan, dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap desa,” ujar Camat Budi.
Kegiatan juga mendapatkan dukungan penuh dari TNI dan POLRI, yang turut hadir mengamankan jalannya acara. Mengingat jalur yang digunakan merupakan jalan provinsi penghubung menuju kawasan wisata Bromo Tengger, aparat memastikan arus lalu lintas tetap lancar dan keselamatan peserta maupun penonton tetap terjaga.
Salah satu momen paling berkesan adalah penampilan peserta yang menampilkan cerita legenda “Loro Anteng dan Roro Seger”, kisah yang diyakini sebagai asal-usul masyarakat Tengger. Penampilan ini dikemas secara teatrikal dengan properti dan busana tradisional khas pegunungan. Atraksi tersebut menggugah penonton, karena tidak hanya menampilkan tarian, tetapi juga menyisipkan pesan moral tentang keteguhan cinta dan pengorbanan.

Setelah itu, suasana semakin semarak dengan penampilan spesial dari Kader dan PKK Desa Boto yang mempersembahkan drama kolosal “Asal Usul Banyuwangi: Sri Tanjung dan Sidopekso”. Cerita klasik yang sarat nilai kesetiaan ini dibawakan dengan ekspresif, diiringi musik gamelan dan tarian yang anggun. Banyak penonton yang terlihat haru dan kagum atas penampilan tersebut, mengingat sebagian besar pemerannya adalah ibu-ibu PKK yang sehari-harinya aktif di kegiatan sosial desa.
Kemeriahan belum berhenti di situ. Tim Sekar Arum Satrio Budoyo dari RT 014 RW 005 turut memanaskan suasana dengan tarian Jaranan Kuto khas Banyuwangi yang energik dan penuh makna. Dentuman gamelan berpadu dengan teriakan semangat para penari menambah suasana menjadi semakin hidup. Penampilan ini menjadi salah satu favorit warga yang terus bersorak menyemangati hingga akhir pertunjukan.
Dalam wawancara bersama awak media, PJ Kepala Desa Boto, Matraji, S.Sos, menyampaikan rasa syukurnya atas terlaksananya kegiatan tersebut dengan sukses.
“Alhamdulillah, atas doa dan dukungan masyarakat, acara ini bisa berjalan lancar. Walaupun sempat tertunda, antusias masyarakat justru semakin besar. Ada 17 peserta dari lima dusun yang ikut, dan semuanya berpartisipasi dengan sukarela. Tidak ada biaya pendaftaran sama sekali ini murni hiburan untuk masyarakat,” tuturnya dengan penuh haru.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas umur panjang Desa Boto yang kini telah berusia 362 tahun.
“Kegiatan ini juga menjadi ajang mempererat silaturahmi antar warga, menumbuhkan rasa bangga terhadap desa, dan menghidupkan kembali budaya lokal. Saya berharap tradisi ini terus dilestarikan oleh kepala desa berikutnya. Masyarakat Desa Boto sangat antusias dan kompak, semoga kekompakan ini terus terjaga selamanya,” pungkas Matraji.
Karnaval berakhir menjelang sore hari dengan suasana hangat dan penuh kebersamaan. Jalanan yang semula padat oleh penonton perlahan kembali lengang, namun semangat persatuan yang tercipta dari kegiatan ini tetap membekas di hati warga.
Kemeriahan perayaan HUT ke-80 RI dan Hari Jadi Desa Boto ke-362 ini. tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga menjadi simbol persatuan, gotong royong, dan semangat kebangkitan masyarakat Desa Boto menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis : Sayful
Editor : Yuris