Ratusan Personel Gabungan TNI-Polri Siaga, Kapolres Probolinggo Kota Pastikan Aksi Berjalan Aman dan Kondusif
 
                Probolinggo, Radarpatroli
Suasana di depan Gedung DPRD Kota Probolinggo pada Senin (21/10/2025) tampak berbeda dari biasanya. Sejak pagi, ratusan personel gabungan TNI dan Polri diterjunkan untuk mengamankan jalannya aksi damai yang digelar oleh puluhan santri, alumni pondok pesantren, serta anggota Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Probolinggo. Aksi ini digelar sebagai bentuk protes terhadap tayangan program televisi “Xpose Uncensored” di Trans7 yang dinilai telah melecehkan martabat kiai dan lembaga pesantren.

Sekitar pukul 08.00 WIB, massa mulai berdatangan dengan membawa sejumlah spanduk dan poster bertuliskan seruan moral seperti “Jaga Marwah Ulama dan Pesantren” serta “Hentikan Tayangan yang Menyesatkan Umat”. Para peserta aksi mengenakan atribut khas seperti peci, sarung, dan bendera NU serta GP Ansor. Meski jumlah peserta mencapai ratusan orang, aksi berlangsung tertib, penuh semangat kebersamaan, dan dalam suasana damai.
Aksi ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dari berbagai organisasi keagamaan dan masyarakat. Tampak di barisan depan Ketua MUI Kota Probolinggo, Prof. Dr. KH. Muhammad Sulthon; Ketua Tahfidz PCNU Kota Probolinggo, Drs. Arba’i Hasan; Rois Syuriah PCNU Kota Probolinggo, KH. Muhtarom; Ketua PC GP Ansor Kota Probolinggo, Salamul Huda, SH; Ketua Fatayat NU Kota Probolinggo, Nur Hudana; Ketua Muslimat NU Kota Probolinggo, Siti Aminah; Ketua Pagar Nusa Kota Probolinggo, Rudi; serta Ketua PMII Kota Probolinggo, Dedy Bayu Angga. Kehadiran para tokoh ini menambah bobot moral dan legitimasi gerakan yang mengusung semangat menjaga kehormatan ulama tersebut.
Dalam orasi dan pernyataan sikapnya, Ketua PCNU Kota Probolinggo, Drs. Arba’i Hasan, menyampaikan enam poin tuntutan utama. Di antaranya, meminta pemilik Trans Media, Chairul Tanjung, untuk sowan langsung kepada para kiai dan menyampaikan permohonan maaf secara terbuka atas tayangan yang dianggap menyinggung nilai-nilai keislaman dan pesantren. Ia menegaskan bahwa permintaan maaf secara publik penting dilakukan demi menjaga marwah ulama dan mencegah timbulnya kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Selain itu, massa juga mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar menjatuhkan sanksi tegas terhadap Trans7 serta memperketat pengawasan terhadap isi siaran televisi yang berpotensi menimbulkan fitnah, provokasi, maupun keresahan publik. Mereka menilai, lembaga penyiaran harus berperan aktif dalam menjaga keharmonisan sosial dan menghormati nilai-nilai budaya serta agama yang hidup di masyarakat.
Lebih lanjut, peserta aksi juga meminta DPRD Kota Probolinggo untuk menyalurkan aspirasi mereka ke DPR RI. Mereka berharap agar parlemen pusat dapat menekan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) RI untuk memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap tayangan media nasional, terutama yang berpotensi menimbulkan kebencian, perpecahan, dan polarisasi sosial. Dalam tuntutannya, mereka juga menyinggung pentingnya penerapan sanksi tegas sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Menanggapi aksi tersebut, Kapolres Probolinggo Kota, AKBP Rico Yumasri, yang turut memantau langsung jalannya kegiatan, memberikan apresiasi kepada para peserta aksi atas kedisiplinan dan komitmen mereka dalam menjaga situasi tetap kondusif. Ia menyebut bahwa aksi ini menjadi bukti kedewasaan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi secara santun dan bermartabat.
“Aksi ini menjadi contoh yang sangat baik bahwa aspirasi bisa disampaikan dengan damai tanpa menimbulkan gangguan ketertiban umum. Kami menghargai sikap santun dan beradab dari para peserta aksi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Probolinggo semakin dewasa dalam berdemokrasi,” ujar Kapolres.
Selama aksi berlangsung, aparat gabungan TNI-Polri bersama Satpol PP Kota Probolinggo terlihat berjaga di beberapa titik strategis untuk memastikan keamanan dan kelancaran kegiatan. Tidak hanya menjaga, aparat juga aktif membantu mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan di sekitar lokasi aksi, terutama di Jalan Suroyo dan Jalan Dr. Sutomo yang menjadi rute utama.
Sekitar pukul 11.30 WIB, aksi damai berakhir dengan tertib. Para peserta membubarkan diri setelah melakukan doa bersama dan menyerahkan pernyataan tertulis kepada perwakilan DPRD Kota Probolinggo. Seluruh kegiatan berlangsung aman, tanpa insiden, dan diakhiri dengan saling bersalaman antara aparat keamanan dan para peserta aksi mencerminkan semangat ukhuwah dan kedewasaan berdemokrasi yang patut diapresiasi.
Aksi ini bukan hanya menjadi bentuk pembelaan terhadap kehormatan kiai dan pesantren, tetapi juga menjadi pesan moral bahwa masyarakat Probolinggo menjunjung tinggi etika, nilai keagamaan, dan kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Reporter : Sayful
Sumber Berita : Humas Polres Probolinggo Kota

 
                       
                      