Pemerintah Kabupaten Probolinggo Percepat Perbaikan Jembatan Rusak Pasca-Banjir

Probolinggo, Radarpatroli
Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus berupaya memulihkan infrastruktur yang terdampak bencana banjir awal tahun ini. Kali ini, fokus utama mereka adalah memperbaiki jembatan-jembatan yang rusak parah, dengan dukungan penuh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR). Total, ada 12 jembatan yang terkena dampak, dengan 8 di antaranya mengalami kerusakan berat atau putus total.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo, Oemar Sjarief, menjelaskan bahwa Pemkab Probolinggo telah memprioritaskan perbaikan terhadap 8 jembatan yang mengalami kerusakan terparah. “Lima di antaranya sudah langsung kami kerjakan menggunakan dana darurat Kabupaten Probolinggo melalui Dinas PUPR. Proses perbaikannya sudah berjalan,” katanya.
Kelima jembatan yang sedang dalam tahap perbaikan antara lain adalah,
Jembatan Desa Seboro, Kecamatan Krejengan, Jembatan Desa Betek Taman-Plaosan, Kecamatan Gading-Krucil, Jembatan Batur, Kecamatan Gading, Jembatan Desa Betek Taman, Kecamatan Gading dan Jembatan Wedusan, Kecamatan Tiris
“Seluruh pengerjaan ditargetkan selesai dalam waktu dekat agar aktivitas masyarakat kembali normal,” jelas Oemar.
Namun, tidak semua jembatan yang rusak bisa diperbaiki dalam waktu singkat. Tiga jembatan lainnya yang membutuhkan penanganan lebih kompleks telah diajukan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) untuk ditangani melalui mekanisme lintas sektor. Tiga jembatan tersebut adalah,
Jembatan Semi Permanen Desa Satreyan-Sumbersecang, Kecamatan Maron, Jembatan Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Jembatan Desa Brabe-Condong, Kecamatan Maron
“Kami sudah ajukan proposal perbaikan ke Ibu Gubernur. Informasinya sudah ada disposisi untuk ditindaklanjuti. Kami menunggu koordinasi teknis selanjutnya dari Pemprov Jatim,” ungkap Oemar.
Menurut Oemar, ketiga jembatan tersebut memiliki peran strategis dalam mendukung akses pendidikan, perekonomian, dan logistik bagi warga setempat. Sebagai contoh, Jembatan Brabe-Condong merupakan penghubung utama menuju Pasar Condong dan beberapa sekolah. “Warga terpaksa menggunakan rakit untuk menyeberang, dan kondisi ini tentu menyulitkan, terutama bagi pelajar dan pedagang,” tambahnya.
Begitu pula dengan Jembatan Semi Permanen Satreyan-Sumbersecang yang memutuskan akses roda empat, yang berdampak besar pada aktivitas pertanian dan distribusi hasil panen. “Biaya angkut hasil tani melonjak karena warga harus menggunakan sepeda motor atau roda tiga dengan jarak tempuh yang lebih jauh dari biasanya,” terangnya.
Terkait dengan jenis jembatan yang akan dibangun, Oemar menjelaskan bahwa Pemkab Probolinggo menyerahkan sepenuhnya kepada Pemprov Jatim. Namun, berdasarkan kondisi geografis dan akses jalan yang ada, jembatan gantung dianggap sebagai pilihan terbaik untuk beberapa lokasi.
“Kami tentu tidak punya kapasitas teknis untuk menentukan spesifikasi konstruksi. Namun, kami harap desain jembatan baru bisa lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dan sesuai kebutuhan masyarakat,” tambah Oemar.
Pemkab Probolinggo berkomitmen untuk mempercepat proses rehabilitasi infrastruktur yang terdampak bencana. Tidak hanya untuk memulihkan mobilitas warga, tetapi juga sebagai bagian dari pemulihan ekonomi lokal. Oemar berharap agar proses pengajuan perbaikan ke Pemprov Jatim bisa berjalan lancar, sehingga masyarakat tidak perlu menunggu terlalu lama.
“Semakin cepat ditangani, semakin cepat pula roda ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat kembali berputar,” pungkasnya.
Perbaikan jembatan-jembatan ini tidak hanya menjadi solusi untuk mengatasi kesulitan masyarakat, tetapi juga sebuah langkah strategis untuk memastikan kelancaran aktivitas sehari-hari, menghidupkan kembali perekonomian lokal, dan memperkuat ketahanan infrastruktur di Kabupaten Probolinggo.
Reporter : Sayful
Narasumber : Kominfo Kab.