Jadi Panelis Daring Cities 2025, Wali Kota Dokter Amin Paparkan Strategi Ketangguhan Inklusif Hadapi Perubahan Iklim

0
WhatsApp Image 2025-08-07 at 16_56_44 (1)
Bagikan

Probolinggo, Radarpatroli 

Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin, mendapat kehormatan menjadi salah satu panelis dalam forum internasional Virtual Daring Cities 2025 on Inclusive Resilience yang digelar oleh ICLEI Southeast Asia Local Governments for Sustainability, Kamis (7/8). Kegiatan ini merupakan ajang prestisius bagi para pemimpin daerah di seluruh dunia untuk berbagi pengalaman, strategi, dan inovasi dalam membangun kota tangguh menghadapi perubahan iklim.

Daring Cities sendiri adalah jaringan global yang beranggotakan lebih dari 2.500 pemerintah daerah dan regional dari berbagai negara. Tahun 2025 menandai penyelenggaraan ke-6 forum ini, dengan tema besar “Risiko Universal, Ketangguhan Universal Bagaimana Respons Bencana Lokal yang Inklusif Dapat Memberi Masukan bagi Adaptasi Tingkat Nasional”. Fokus utama adalah mencari solusi nyata, berbasis masyarakat, dan inklusif untuk menghadapi krisis iklim yang dampaknya semakin nyata di tingkat lokal.

Dalam forum virtual yang diikuti dari Gedung Command Center Pemerintah Kota Probolinggo, Dokter Amin tampil sebagai satu dari enam panelis internasional. Ia berbagi panggung dengan perwakilan dari BNPB Indonesia, Bangladesh, Filipina, dan Vietnam. Para peserta yang hadir secara daring berasal dari berbagai benua mulai dari Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika menunjukkan besarnya perhatian global terhadap isu adaptasi perubahan iklim.

“Merupakan kebanggaan bagi saya, sebagai Wali Kota Probolinggo, untuk dapat menyampaikan pengalaman kota kami dalam membangun ketangguhan dari tingkat akar rumput. Pengalaman ini lahir dari kerja bersama seluruh elemen masyarakat, bukan hanya pemerintah,” ungkap Aminuddin dalam sesi bertajuk “Dari Rehabilitasi Mangrove hingga Pembersihan Saluran dan Kanal Aksi Iklim Inklusif oleh Masyarakat dan Pemerintah di Kota Probolinggo.”

Dalam paparannya, Wali Kota memaparkan tantangan nyata yang dihadapi Kota Probolinggo akibat perubahan iklim, di antaranya banjir rob yang kerap melanda pesisir Mayangan, kekeringan yang mempengaruhi wilayah Kedopok dan Kanigaran, peningkatan suhu udara, serta keterbatasan ruang terbuka hijau di perkotaan. Menurutnya, tantangan ini tak hanya mengancam lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan, ekonomi, dan kualitas hidup warga.

Salah satu poin penting yang ia tekankan adalah strategi ketangguhan inklusif, yakni upaya adaptasi dan mitigasi yang melibatkan kelompok paling rentan seperti nelayan, pekerja sektor informal, serta rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan. Ia mencontohkan keberhasilan pemulihan hutan mangrove di Sungai Pilang yang rusak parah akibat letusan Gunung Bromo pada 2010. Mangrove yang sebelumnya mati akibat tertimbun abu vulkanik kini tumbuh kembali, bahkan berkembang menjadi destinasi ekowisata Pantai Permata Pilang.

Pemulihan ini, kata Aminuddin, dimulai dari gerakan masyarakat lokal. Kelompok tani dan nelayan mengambil peran utama dengan melakukan pengerukan manual, persemaian bibit mangrove, dan penanaman kembali. Pemerintah Kota kemudian masuk memberikan dukungan melalui pembangunan infrastruktur dasar seperti jalur pejalan kaki, dermaga kecil, serta fasilitas edukasi lingkungan. Tak ketinggalan, sekolah-sekolah, LSM, dan sektor swasta ikut terlibat, menjadikan proses rehabilitasi ini contoh nyata kolaborasi lintas sektor.

Selain pemulihan mangrove, Wali Kota juga mengangkat inisiatif lokal Gotku Resik, gerakan sosial yang mengajak warga membersihkan saluran air, kanal, dan got untuk mencegah banjir. Menurutnya, Gotku Resik bukan sekadar kegiatan bersih-bersih, tetapi juga sarana edukasi perubahan perilaku warga. Gerakan ini menggabungkan aksi langsung, kampanye kesadaran publik, dan penguatan kapasitas masyarakat dalam menjaga infrastruktur lingkungan.

“Ketangguhan tidak bisa dibangun hanya dari atas. Harus ada rasa memiliki dari masyarakat. Itulah sebabnya setiap program kami rancang dengan, oleh, dan untuk masyarakat,” tegasnya.

Forum Daring Cities 2025 tak hanya menampilkan sesi diskusi, tetapi juga menghadirkan studi kasus, lokakarya interaktif, dan ruang kolaborasi lintas negara. Tujuannya adalah memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam merespons krisis iklim secara cepat, tepat, dan inklusif. Para peserta forum juga saling bertukar pembelajaran tentang teknologi ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya berbasis komunitas, hingga strategi komunikasi risiko bencana.

Partisipasi Kota Probolinggo dalam ajang ini menjadi bukti bahwa kota berukuran menengah pun bisa memberikan kontribusi penting dalam percakapan global tentang adaptasi perubahan iklim. Dengan mengedepankan pendekatan partisipatif, Probolinggo tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga membangun ketangguhan sosial dan ekonomi warganya.

Melalui keikutsertaan ini, Wali Kota Aminuddin berharap Probolinggo dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia maupun dunia. “Tantangan perubahan iklim adalah tantangan bersama. Tidak ada kota yang kebal. Tetapi dengan kolaborasi dan keberpihakan pada kelompok rentan, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Reporter : Sayful

Narasumber : Kominfo Kota 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kalau Wartawan Jangan Copas Lahhhh!!!