Pengibaran Merah Putih Di Hutan Kabuaran, Aktivis Suarakan Pesan Lingkungan Di HUT RI Ke-80

Probolinggo, Radarpatroli
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, sejumlah aktivis, forester, pegiat lingkungan, hingga jurnalis pro-lingkungan menggelar aksi pengibaran bendera Merah Putih di kawasan perbatasan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo. Aksi ini berlangsung di Blok Puncak Petak 10–11, masuk wilayah RPH Kabuaran BKPH Kabuaran, pada Sabtu (16/8/2025).

Kegiatan tersebut mengusung tema “BUMI SAE PATENANG” Bagi para peserta, pengibaran bendera di tengah kawasan hutan bukan sekadar ritual memperingati kemerdekaan, melainkan juga bentuk perlawanan simbolik terhadap berbagai kebijakan pembangunan yang dianggap mengabaikan kepentingan rakyat kecil dan merusak kelestarian lingkungan.
Para peserta memulai perjalanan dari titik kumpul di Puncak PLTU Paiton. Dari lokasi tersebut, rombongan kemudian bergerak menuju puncak hutan Kabuaran, membawa bendera Merah Putih berukuran besar. Meski medan yang ditempuh cukup terjal, hal ini tidak menyurutkan semangat mereka. Para aktivis menyebut bahwa perjalanan mendaki itu sekaligus melambangkan perjuangan panjang rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan serta menjaga kelestarian alam.
Safrul, Koordinator Masyarakat Koalisi SAE Patenang, tampil sebagai salah satu orator utama dalam kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa kemerdekaan ke-80 harus dijadikan momentum untuk mengingatkan pemerintah, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), agar berperilaku adil, transparan, dan berakhlakul karimah.
“Kalau bicara pelanggaran kasat mata, saya siap dikonfirmasi, bahkan sampai ke direksi Jasa Marga sekalipun. Data pelanggaran ada pada kami para forester,” ujar Safrul lantang di hadapan peserta aksi.
Ia menilai, praktik pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa pihak menciderai semangat kemerdekaan yang sejatinya harus menjunjung tinggi keadilan dan keberpihakan kepada rakyat. Lebih jauh, Safrul menyoroti pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dianggap masih jauh dari tujuan mulianya untuk menyejahterakan rakyat. Menurutnya, banyak pengusaha lokal dan anak-anak daerah yang sebenarnya berkompeten, tetapi tidak pernah diberi kesempatan berpartisipasi.
“Kalau proyek strategis nasional ini tidak memberi manfaat bagi masyarakat daerah, maka tidak ada pentingnya proyek ini,” tegasnya.
Safrul juga mengingatkan bunyi konstitusi bahwa tanah, air, dan kekayaan alam lainnya memang dikuasai oleh negara, tetapi harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, bukan segelintir pejabat atau korporasi besar.
“Dalam momentum ini, saya minta dalam 3 x 24 jam aparatur di Jawa Timur maupun pusat menyampaikan pesan ke Presiden Prabowo: ajari BUMN berakhlakul karimah,” tandasnya.
Sementara itu, M. Rifai, Polisi Hutan Perhutani Probolinggo, memberikan apresiasi atas kegiatan ini. Menurutnya, pengibaran bendera di tengah hutan adalah simbol kuat bahwa cinta tanah air tidak bisa dipisahkan dari tanggung jawab menjaga alam.
“Dengan semangat kemerdekaan ke-80, kami dari Perhutani tetap berkomitmen menjaga kelestarian hutan Probolinggo. Pembangunan boleh berjalan, tapi kelestarian alam jangan dikorbankan,” ungkap Rifai.
Ia menambahkan, pelaksanaan proyek pembangunan, termasuk PSN, harus memperhatikan tiga aspek utama: sosial, ekonomi, dan lingkungan. Jika salah satu aspek diabaikan, maka pembangunan hanya akan meninggalkan masalah baru bagi masyarakat.
Kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh aktivis lokal, melainkan juga melibatkan berbagai elemen masyarakat yang peduli pada isu lingkungan. Suasana semakin khidmat ketika bendera Merah Putih berkibar gagah di atas puncak hutan, diiringi lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang dinyanyikan bersama-sama.
Bagi para peserta, momen itu menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan perusakan alam. Mereka berharap pesan moral dari aksi ini dapat didengar hingga ke tingkat pusat, sehingga pemerintah lebih bijak dalam mengelola pembangunan tanpa mengorbankan lingkungan hidup.
Dengan berakhirnya upacara, para peserta menyampaikan tekad untuk terus mengawal isu-isu lingkungan, serta menjadikan kemerdekaan ke-80 sebagai titik balik perjuangan menegakkan keadilan ekologis bagi generasi mendatang.
Reporter : Sayful
Editor : Yuris