Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kesehatan Kebidanan  

0
Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kesehatan Kebidanan  

Foto : Bdn. Irne Wida Desiyanti, S.ST., M.Kes., M.Keb. Mahasiswa Program Doktor FKM Universitas Hasanuddin Makassar

Bagikan

Probolinggo, Radarpatroli 

Bidan bukan sekadar tenaga kesehatan, tetapi juga pemimpin dalam lingkup pekerjaannya. Profesi ini menuntut keterampilan teknis sekaligus kemampuan manajerial yang baik. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi, bidan menjalankan peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti. Oleh karena itu, kepemimpinan yang kuat sangat dibutuhkan agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan efisien.  

Seorang pemimpin atau leader adalah individu yang mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks pelayanan kebidanan, kepemimpinan yang baik menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, meningkatkan komitmen dalam tim, serta menjamin mutu layanan kesehatan ibu dan anak.  

Ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam praktik kebidanan, di antaranya,

1.Tipe Otoriter (Autokratis), Pemimpin mengambil keputusan sendiri tanpa banyak melibatkan tim.  

2.Tipe Paternalistik, Pemimpin bersikap seperti orang tua yang melindungi, namun tetap menentukan arah keputusan. 

3.Tipe Kharismatik, Pemimpin mengandalkan daya tarik pribadinya untuk menginspirasi dan menggerakkan tim.

4.Tipe Laissez-Faire, Pemimpin memberi kebebasan penuh kepada tim untuk bekerja sendiri tanpa banyak intervensi.

5.Tipe Militeristis, Pemimpin menerapkan disiplin dan aturan yang ketat dalam menjalankan tugas.  

Dalam pelayanan kebidanan, gaya kepemimpinan yang fleksibel dan partisipatif lebih dianjurkan agar kolaborasi dalam tim dapat berjalan efektif.  

Pelayanan kebidanan terdiri dari pelayanan mandiri, kolaborasi, dan rujukan. Setiap bentuk pelayanan ini membutuhkan keterampilan kepemimpinan yang berbeda-beda agar pelayanan kesehatan berjalan optimal.  

1.Pelayanan Primer/Mandiri,

Pelayanan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. Dalam praktik mandiri, seorang bidan harus mampu, Mengelola wilayah binaan secara efektif. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan. Memimpin dirinya sendiri dalam menjalankan tugas dengan penuh percaya diri.  

Kepemimpinan yang baik dalam pelayanan mandiri membantu bidan dalam mengambil keputusan yang tepat, meningkatkan kualitas layanan, serta menciptakan lingkungan kerja yang profesional dan berorientasi pada keselamatan pasien.  

2.Pelayanan Kolaborasi,  

Dalam praktik kolaboratif, bidan bekerja bersama tenaga kesehatan lain dalam satu tim. Untuk mendukung kerja sama yang baik, kepemimpinan dalam pelayanan kolaborasi harus mampu, Menerima dan menampung ide dari seluruh anggota tim. Membangun komunikasi yang baik antara profesi yang terlibat. Meningkatkan kepercayaan antar anggota tim. Menciptakan suasana kerja yang harmonis dan sesuai standar operasional.  

Tanpa kepemimpinan yang baik, kolaborasi dapat menjadi tidak efektif dan berpotensi menurunkan kualitas layanan kesehatan.  

3.Pelayanan Rujukan, 

Pelayanan rujukan dilakukan ketika seorang bidan mengarahkan pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi atau menerima rujukan dari tenaga non-medis seperti dukun beranak. Dalam konteks ini, kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam, Mengambil keputusan cepat dan tepat dalam proses rujukan. Memilih tempat rujukan yang sesuai dengan kondisi pasien. Menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarga dengan jelas dan persuasif. Mengorganisir proses rujukan agar berjalan lancar dan tepat waktu.  

Kesalahan dalam kepemimpinan pada pelayanan rujukan dapat berakibat fatal bagi pasien, terutama dalam situasi gawat darurat.  

Kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan bukan hanya sekadar teori, tetapi aspek penting yang menentukan kualitas layanan kesehatan ibu dan anak. Seorang bidan yang memiliki kepemimpinan yang baik akan lebih mampu mengorganisir wilayah kerja, menjalankan program kesehatan dengan efektif, membangun kepercayaan masyarakat, serta memastikan setiap pasien mendapatkan layanan yang optimal.  

Lebih dari sekadar tenaga medis, bidan juga berperan sebagai advocator, yang mampu membawa perubahan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, setiap bidan perlu terus mengembangkan keterampilan kepemimpinan agar dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik.

Penulis : Bdn. Irne Wida Desiyanti, S.ST., M.Kes., M.Keb.

Editor : Yuris

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kalau Wartawan Jangan Copas Lahhhh!!!