Resolusi Konflik Untuk Memperkuat Sinergi Berorganisasi Dalam Lingkup Kerja Di Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Universitas Muhammadiyah Manado

Bdn. Irne Wida Desiyanti, S.ST., M.Kes., M.Keb. (Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Universitas Muhammadiyah Manado) (Mahasiswa Program Doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar)
Nanado, Radarpatroli
Konflik dalam organisasi akademik seperti Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Universitas Muhammadiyah Manado merupakan hal yang tidak dapat dihindari, terutama dalam dinamika kerja tim, komunikasi antar individu, serta perbedaan pandangan dalam menjalankan program pendidikan. Namun, konflik yang tidak dikelola dengan baik dapat melemahkan sinergi dan produktivitas organisasi.
Manajemen konflik merupakan pendekatan strategis untuk mengidentifikasi, memahami, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Dalam konteks program studi, pendekatan ini dapat mencakup komunikasi terbuka, mediasi internal, serta pemetaan akar konflik yang berkaitan dengan tugas, peran, dan harapan antar dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan.
Etika kerja memainkan peran penting dalam mencegah eskalasi konflik. Nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, saling menghormati, dan profesionalisme harus menjadi landasan interaksi antar civitas akademika. Ketika etika kerja diterapkan secara konsisten, lingkungan kerja menjadi lebih harmonis dan kooperatif.
Untuk memperkuat sinergi berorganisasi, perlu dikembangkan budaya kerja kolaboratif yang berbasis pada transparansi, empati, dan kesetaraan. Kepemimpinan program studi juga harus menjadi teladan dalam menyelesaikan konflik secara adil dan bermartabat. Pelatihan manajemen konflik dan etika profesi secara berkala dapat menjadi solusi preventif sekaligus kuratif.
Dengan resolusi konflik yang tepat dan penguatan etika kerja, sinergi dalam organisasi program studi tidak hanya dapat dipertahankan, tetapi juga ditingkatkan dalam rangka mendukung mutu pendidikan dan profesionalisme bidan di masa depan.
Kepemimpinan yang efektif merupakan komponen kunci dalam mengelola konflik dan membangun sinergi berorganisasi. Seorang pemimpin dalam program studi tidak hanya bertugas mengatur jalannya kegiatan akademik, tetapi juga menjadi fasilitator yang mampu meredam konflik, membangun komunikasi dua arah yang sehat, dan memberikan contoh dalam menerapkan etika kerja. Pemimpin yang adaptif, inklusif, dan komunikatif akan lebih mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan partisipatif.
Kepemimpinan transformatif sangat relevan untuk diterapkan, yaitu gaya kepemimpinan yang mendorong inovasi, kolaborasi, dan pemberdayaan anggota tim. Dengan pendekatan ini, potensi konflik dapat diarahkan menjadi peluang perbaikan dan pertumbuhan bersama. Pemimpin juga perlu mengedepankan keadilan, keterbukaan, dan empati dalam mengambil keputusan agar setiap anggota merasa dihargai dan dilibatkan.
Penulis : Bdn. Irne Wida Desiyanti, S.ST., M.Kes., M.Keb.